Review Materi Konstitusi Genetik Beserta Contoh Penerapannya
Secara luas konstitusi genetkc membahas
mengenai struktur materi genetik yang meliputi gen, kromosom, DNA, RNA, plasmid
dan lain sebagainya. Salah satu contoh yang berkaitan dengan materi genetic adalah
virus. Virus hanya berupa materi genetic, yang berupa DNA atau RNA saja. Hal ini
membuatnya tidak bisa melakukan fotosintesis sendiri, sehingga membutuhkan
inang untuk berkembangbiak. Peran DNA disini sebagai pusat atau bisa disebut ‘bos’
dalam materi genetic. Kemudian untuk RNA berperan sebagai perantara atau
memberi informasi dari DNA untuk diberikan kepada enzim. Enzim ini mengandung
protein, yang mana protein tersusun atas asam amino. Berikut adalah contoh
penerapan konstitusi genetic pada padi varietas Situ Bagendit.
Jurnal yang berjudul “Konstitusi
Genetik dan Karakter Fenotipik Galur-galur Padi Pup 1 Turunan Varietas Situ
Bagendit” dari jurnal AgroBiogen 10(2): 61-68 yang diterbitkan pada tahun 2014
oleh Suwaji dkk, memiliki tujuan untuk mengevaluasi konstitusi genetik
galur-galur padi populasi BC₂F₆ hasil persilangan Situ Bagendit x Kasalath dan
Situ Bagendit x NIL-C433 menggunakan marka foreground dan background,
dan mengevaluasi respon galur-halur tersebut pada kondisi defisiensi P dan
cekaman Al menggunakan larutan hara Yoshida.
Lokus Pup1
merupakan lokus yang terdiri atas banyak gen dengan beberapa diantaranya
bertanggung jawab secara tidak langsung dalam penyerapan P sehingga tanaman
padi yang mengandung lokus tersebut akan toleransi terhadap defisiensi hara P.
Gen PSTOL1 berperan dalam meningnkatkan volume akar secara eksponensial
sehingga peluang penangkapan P yang tersedia di tanah menjadi semakin besar. Introgesi
lokus Pup1 ke dalam padi-padi varietas Dodokan, Situ Bagendit, dan Batur
telah dievaluasi hingga populasi BC₂F₆ dan beberapa galur telah diidentifikasi
mengandung lokus Pup1 tersebut. Penggunaan marka foreground dan background
dalam perbaikan varietas tersebut dapat memotong tahap persilangan hanya sampai
BC₂, yang biasanya sampai BC₆.
Penelitian dilakukan
dari bulan November 2011 hingga Mei 2013 di Laboratorium Biologi Molekuler dan
Rumah Kaca BB Biogen, Bogor. Bahan: populasi BC₂F₆ persilangan Situ Bagendit x
Kasalath (turunan SK) sebanyak 24 nomor dan Situ Bagendit x NIL-C433 (turunan
SN) sebanyak 22 nomor. Digunakan juga tanaman F₁ untuk SK dan SN, serta tetua. Sebanyak
37 marka foreground yang terletak di daerah lokus Pup1 digunakan
untuk mengamplifikasi DNA tetua yang digunakan. Materi genetik yang diuji yaitu
populasi BC₂F₆ SK dan SN, tetua Situ Bagendit, Kasalath, NIL-C443, dan
Nipponbare. Serta digunakan control toleran Al (Dupa, Hawara Bunar) dan control
peka Al (ITA131). Peneliti melakukan tahapan dibawah ini:
- ·
Analisis Konstitusi Genetik :
Ø
Amplifikasi
DNA untuk daerah lokus Pup1 dan background menggunakan mesin PCR
selama 5 menit dengan suhu 94°C untuk denaturasi awal, selanjutnya dilakukan 35
siklus yang terdiri atas 60 detik suhu 94°C untuk denaturasi, 60 detik suhu 55°C
untuk penempelan primer, dan 2 menit suhu 72°C untuk pemanjangan. Pemanjangan
akhir selama 7 menit 72°C.
Ø
Marka
foreground digunakan untuk melihat keberadaan lokus Pup1 dengan
program amplifikasi. Hasil PCR dipisahkan menggunakan gel poliakrilamid 5% (denaturing
gel). Pewarnaan DNA dilakukan dengan metode silver staining.
Ø
Analisis
background dipilih marka mikro satelir polimorfik yang berjarak 5-10 cm
dengan program amplifikasi seperti pada amplifikasi marka foreground.
- ·
Evaluasi
terhadap cekaman alumunium dan defisiensi fosfor: benih padi yang digunakan
dikecambahkan terlabih dahulu lalu diletakkan di atas sterefoam yang diberi
kain kasa nyamuk. Sebanyak 10 liter larutan hara Yoshida dengan perlakuan
tertentu. pH larutan diatur pada kisaran 4±0,2. Setiap minggu larutan hara
diganti sesuai perlakuan. Parameter pengamatan meliputi panjang akar, tinggi
tanaman, bobot basah akar, dan bobot kering akar.
Maka hasil yang didapat oleh peneliti yaitu dari 37 marka foreground yang digunakan untuk survey polimorfisme antar tetua, hanya tujuh marka yang bisa digunakan untuk analisis foreground. Marka tersebut adalah Lu-SSR3, Kas30n-1, Kas30n-2, Kas30n-4, Primer 40, Primer 42, dan Primer 50. Pada uji galur-galur SK, teramplifikasinya enam marka spesifik lokus Pup1 pada galur-galur BC₂F₆ persilangan Situ Bagendit x Kasalath menunjukkan bahwa lokus Pup1 terintegrasi dengan baik pada galur-galur turunan SK. Kemudian adanya analisis molekuler baru setelah 4 generasi untuk tujuan konfirmasi, yang mana hasilnya menunjukkan masih ada variasi alel lokus Pup1, baik berasal dari alel tetua donor (Kasalath atau NIL-C443) maupun dari tetua pemulih (Situ Bagendit). Pada analisis background tanaman BC₂F₆ digunakan marka-marka mikrosatelit sebanyak mungkin untuk melihat komposisi genotip yang dimiliki oleh turunan SK atau SN. Dari 276 marka SSR, hanya 130 (47%) marka polimorfik yang dapat digunakan untuk SK dan 158 (57%) marka polimorfik yang dapat digunakan untuk SN. Hampir semua individu, baik persilangan SK maupun SN, masih mengandung alel tetua donor (Kasalath atau NIL-C443), walaupun dalam seleksi telah digunakan marka molekuler (marka foreground dan background). Hal ini menunjukkan bahwa seleksi menggunakan marka molekuler tidak bisa menghilangkan kontaminasi tetua donor pada daerah yang tidak diinginkan. Perlakuan konsentrasi Al dan P berpengaruh sangat nyata terhadap panjang akar, tinggi tanaman, dan bobot kering tanaman. hal tersebut menunjukkan bahwa karakter agronomis dipengaruhi oleh konsentrasi Al dan P.
Referensi
Wardoyo, Suwaji H., Miftahudin., M,
Sugiono., dan Prasetiyono, Joko. 2014. Kosntitusi Genetik dan Karakter Fenotipik
Galur-galur Padi Pup1 Turunan Varietas Situ Bagendit. Jurnal AgroBiogen,
10(2): 61-68.
Nama : Dwike Julia Ajeng Ayuningyas
NPM : 21025010122
Comments
Post a Comment